Akibatnya, jalan yang harus dilalui bukan lagi berbukit-bukit namun bergunung-gunung. Disini, anda bisa melihat jalan raya yang dibuat melingkar-lingkar memutari kaki gunung untuk menyebrang menuju ke kaki gunung berikutnya. Sampai ke kaki gunung berikutnya, jalanan kembali memutar sehingga kita bisa melihat ruas jalan di bawah maupun di atas kita, berbentuk menuruni lereng bukit sambil terus membentuk huruf S. Suasana hutan lebat akan anda dapatkan total disini, hampir serupa dengan ruas Kefa Menanu – Niki-Niki. Jalan trans tersebut sekana hanya dimiliki oleh bus yang sedang melintas. Sangat jarang menemukan pengendara di wilayah depan atau pengendara di bagian belakang. Sungguh tidak bisa dibayangkan apabila malam hari harus melintasi jalan ini karena tidak adanya penerangan jalan sama sekali. Selain hutan lebat, jalan trans ini dilalui oleh sejumlah sungai.
Rumah Adat Lopo (Foto by Djoko Warsieono |
Di wilayah perbatasan dengan Kupang, anda akan menyaksikan sungai terbesar di Pulau Timor, Sungai Mina yang dapat dilintasi dengan jembatan terpanjang di Pulau Timor. Di ruas ini anda juga akan banyak menemui sejumlah desa dan rumah adat masyarakat Timor, Lopo yang berada di tepi jalan trans, atau agak sedikit di bagian dalam. Bentuk atapnya yang gondrong sekedar mengingatkan kita bahwa kita ada di daerah selatan.
Sumber: http://lomardasika.multiply.com/journal/item/400
Tidak ada komentar:
Posting Komentar